KONSTITUSI APOSTOLIK
“MISSALE ROMANUM”
Constitutio Apostolica “Missale Romanum
lanjutan.....
143. Setelah piala diletakkan di atas altar, imam membungkuk khidmat dan berdoa dalam hati: Dengan rendah hati dan tulus,……
144. Bila dipakai dupa, imam lalu mengisi pedupaan, dan mendupai bahan persembahan, salib, dan altar. Kemudian, seorang pelayan mendupai imam dari sisi altar. Akhirnya pelayan yang sama mendupai umat.
145. Sesudah doa Dengan rendah hati dan tulus…..atau sesudah pendupaan, imam membasuh tangan pada sisi altar. Waktu air dituangkan atas tangannya oleh seorang pelayan, imam berdoa dalam hati Ya Tuhan, bersihkanlah.
146. Kemudian imam kembali ketengah, dan menghadap kearah umat. Sambil membuka tangan ia mengajak umat berdoa : Berdoalah, saudara-saudara… Umat berdiri dan menanggapi ajakan imam dengan berdoa : Semoga persembahan ini. Sesudah itu sambil merentangkan tangan imam membawakan doa persiapan persembahan yang ditutup oleh umat dengan seruan Amin.
147. Kemudian imam membuka Doa Syukur Agung. Sesuai petunjuk rubrik, imam memilih salah satu Doa Syukur Agung yang terdapat dalam Misale Romawi, atau yang disahkan oleh Takhta Suci. Sedari hakikatnya, Doa Syukur Agung dibawakan hanya oleh imam, berkat kuasa tahbisan yang ia terima. Umat memadukan diri dengan imam lewat iman dan doa batin, serta lewat bagian-bagian Doa Syukur Agung yang ditentukan bagi mereka. Bagian-bagian ini meliputi jawaban-jawaban dalam dialog pembuka prefasi, Kudus, aklamasi anamnesis, Aklamasi Amin meriah pada akhir doksologi penutup, juga lewat aklamasi-aklamasi lain yang disahkan oleh Konferensi Uskup dan diketahui oleh Takhta Suci.
Sangatlah tepat kalau imam melagukan bagian-bagian Doa Syukur Agung yang dilengkapi dengan lagu.
148. Sambil membuka tangan imam memulai Doa Syukur Agung dengan bernyanyi atau berkata: Tuhan sertamu. Umat menjawab : Dan sertamu juga. Selanjutnya waktu mengucapkan Arahkanlah hatimu…imam mengangkat tangan. Umat menjawab : Sudah kami arahkan. Kemudian sambil merentangkan tangan imam melanjutkan: Marilah bersyukur ….Umat menjawab: sudah layak dan sepantasnya . Kemudian sambil tetap merentangkan tangan imam membawakan prefasi. Pada akhir prefasi imam mengatupkan tangan lalu bersama dengan semua yang hadir melagukan atau mengucapkan Sanctus (Kudus) (bdk.no.79b).
149. Imam melanjutkan Doa Syukur Agung dengan mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat pada masing-masing Doa Syukur Agung.
Bila seorang uskup memimpin perayaan Ekaristi di wilayah keuskupannya, sesudah kata-kata Bapa Suci…atau yang senada, ia menambahkan : Saya,hamba-Mu yang hina ini. Tetapi, kalau ia memimpin perayaan Ekaristi diluar keuskupannya, sesudah kata-kata Bapa Suci…atau yang senada, ia menambahkan saya, hamba-Mu yang hina ini, dan saudara saya…, uskup Gereja…ini.
Dalam setiap perayaan Ekaristi, uskup diosesan atau pejabat Gereja yang menurut hukum sederajat dengannya harus disebut sebagai berikut: Bapa Suci.., uskup kami… (atau Vikaris, Prelat, Prefek, Abbas kami…).
Dalam Doa Syukur Agung boleh juga disebut uskup koajutor dan uskup pembantu, tetapi tidak uskup luar keuskupan yang kebetulan hadir dalam perayaan Ekaristi. Kalau harus disebut beberapa nama, penyebutannya dilakukan secara kolektif : Uskup kami…dan para uskup pembantunya.
Semua rumusan itu hendaknya digubah dengan saksama supaya cocok untuk masing-masing Doa Syukur Agung.
150. Bila dianggap perlu, sesaat sebelum konsekrasi, putra altar dapat membunyikan bel sebagai tanda bagi umat. Demikian pula sesuai dengan kebiasaan setempat,pelayan dapat membunyikan bel pada saat hosti dan piala diperlihatkan kepada umat sesudah konsekrasi masing-masing. Kalau dipakai pedupaan seorang pelayan mendupai roti/piala pada saat diperlihatkan kepada umat sesudah konsekrasi masing-masing.
151. Sesudah konsekrari, setelah imam berkata Agunglah misteri iman kita, umat melagukan atau melambungkan salah satu aklamasi anamnesis yang dipilih dari rumus-rumus yang tersedia.
Pada akhir Doa Syukur Agung, imam mengambil piala dan patena dengan hosti diatasnya dan mengangkatnya sambil melagukan atau mengucapkan doksologi dengan pengantaraan Kristus, Umat menanggapi doksologi ini dengan aklamasi Amin. Kemudian imam meletakkan piala dan patena diatas korporale.
152. Sesudah Doa Syukur Agung selesai, dengan tangan terkatup imam mengucapkan pengantar doa Bapa Kami. Kemudian, sambil merentangkan tangan imam melambungkan doa Bapa Kami bersama dengan umat.
153. Sesudah Bapa kami, sambil merentangkan tangan, imam membawakan embolisme sendirian. Umat menanggapinya dengan aklamasi Sebab Engkaulah raja.
154. Kemudian, sambil merentangkan tangan, dengan suara lantang imam mengucapkan doa Tuhan Yesus Kristus bersabda …… Sesudah itu, imam menghadap ke arah umat, dan mengucapkan salam-damai. ( Semoga ) Damai Tuhan ....., sambil membuka tangan, lalu mengatupkannya lagi. Umat menjawab : sekarang dan selama-lamanya. Kemudian, kalau perlu, imam menambahkan : Marilah kita saling menyampaikan salam-damai.
Imam dapat memberikan salam-damai kepada para pelayan, tetapi tidak meninggalkan panti imam, sehingga jalannya perayaan tidak terganggu. Demikian juga kalau, karena alasan yang kuat, ia ingin memberikan salam-damai kepada beberapa anggota jemaat. Pada saat yang sama, sesuai dengan keputusan Konferensi Uskup, semua saling menyatakan salam-damai, persekutuan, dan kasih. Sementara menyampaikan salam-damai, umat berkata Damai Tuhan, dan dijawab Amin
155. Kemudian, imam mengambil hosti kudus, memecah-mecahnya diatas patena, dan memasukkan sepotong kecil di dalam piala sambil berdoa dalam hati : Semoga Tubuh dan Darah…...Sementara itu, paduan suara dan seluruh umat melagukan Anakdomba Allah (bdk.no,83).
156. Lalu, sambil mengatupkan tangan , imam berdoa dalam hati: Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang hidup…..atau: Ya Tuhan Yesus Kristus , semoga Tubuh dan Darah-Mu…..
157. Sesudah doa itu imam berlutut, lalu mengambil hosti kudus, mengangkatnya sedikit di atas patena atau si atas piala, dan sambil menghadap ke arah umat ia berkata: Inilah Anakdomba Allah….Bersama dengan umat ia lalu melanjutkan : Ya Tuhan, saya tidak pantas….
158. Sambil menghadap ke arah altar imam lalu berdoa dalam hati: Semoga Tubuh Kristus selalu melindungi aku, dan dengan khidmat ia menyambut Tubuh Kristus. Kemudian ia mengambil piala, berdoa dalam hati: Semoga Darah Kristus selalu melindungi aku, dan dengan khidmat menyambut Darah Kristus.
159. Ketika imam menyambut Tubuh Kristus, dimulailah nyanyian komuni (bdk.no.86).
160. Sesudah itu imam menganbil patena atau sibori dan menuju tempat umat akan menyambut Tubuh ( dan Darah ) Kristus.
Umat tidak diperkenankan mengambil sendiri roti kudus atau piala, apalagi saling memebrikannya antarmereka. Umat menyambut entah sambil berlutut entah sambil berdiri, sesuai ketentuan Konferensi Uskup. Tetapi, kalau menyambut sambil berdiri, dianjurkan agar sebelum menyambut Tubuh ( dan Darah ) Tuhan mereka menyatakan tanda hormat yang serasi, sebagaimana ditentukan dalam kaidah-kaidah mengenai komuni.
161. Kalau komuni dibagikan hanya dalam rupa roti, imam mengangkat sedikit dan menunjukkan hosti kepada masing-masing orang yang menyambut sambil berkata : Tubuh Kristus. Masing-masing orang menjawab : Amin, lalu menyambutnya entah dengan lidah entah dengan tangan. Begitu diterima, hosti hendaknya langsung dimakan.
Kalau komuni diterimakan dalam rupa roti dan anggur, hendaknya diperhatikan petunjuk-petunjuk di bawah (bdk.no.284-287).
162. Imam-imam lain yang kebetulan hadir dalam perayaan Ekaristi dapat membantu melayani komuni umat. Kalau imam-imam seperti itu tidak ada, padahal jumlah umat yang menyambut besar sekali, imam dapat memanggil pelayan komuni tak-lazim untuk membantu, yakni: akolit yang dilantik secara liturgis atau juga anggota jemaat yang sudah dilantuk secara liturgis untuk tugas ini. 116 Dalam keadaan darurat, imam dapat menugaskan anggota jemaat yang pantas hanya untuk kesempatan yang bersangkutan.
Pelayan-pelayan seperti ini hendaknya tidak menghampiri altar sebelum imam menyambut Tubuh dan Darah Tuhan. Mereka selalu menerima dari tangan imam bejana kudus yang berisi Tubuh atau Darah Kristus untuk dibagikan kepada umat beriman.
163. Sesudah pelayan komuni selesai, imam kembali ke altar. Kalau kebetulan anggur kudus masih tersisa, imam langsung meminumnya sampai habis. Tetapi, kalau hosti kudus masih tersisa, imam dapat memakannya atau menyimpannya dalam tabernakel.
Imam kembali ke altar dan mengumpulkan remah-remah hosti, kalau ada, lalu pergi ke sisi altar atau ke meja-samping dan membersihkan patena atau sibori di atas piala. Akhirnya, imam membersihkan piala sambil berdoa dalam hati: Ya Tuhan, semoga anugerah-Mu yang tadi kami sambut…., dan mengeringkannya dengan purifikatorium. Kalau bejana-bejana dibersihkan di altar, maka kemudian dibawa oleh putra altar ke meja samping. Tetapi boleh juga bejana-bejana itu, terutama kalau jumlahnya banyak, dibiarkan di altar atau di meja-samping; semua di tutup rapi dan diletakkan di atas korporale. Baru sesudah Misa, bila umat sudah pulang, bejana-bejana itu dibersihkan oleh akolit.
164. Setelah bejana-bejana dibersihkan, imam pergi ke tempat duduk, dan diadakan saat hening selama beberapa saat atau dilambungkan mazmur, madah, atau kidung pujian lain (bdk.no. 88).
165. Kemudian, sambil berdiri di depan tempat duduk atau di belakang altar, imam menghadap ke arah umat dan sambil membuka tangan berkata: Marilah kita berdoa, lalu mengatupkan tangan. Semua berdoa sejenak dalam hati, kecuali kakalu saat hening sudah dilaksanakan langsung sesudah komuni. Lalu, sambil merentangkan tangan imam mengucapkan doa komuni, dan, pada akhir doa, umat menyerukan aklamasi Amin.
<<< Sebelumnya [Home] Selanjutnya >>>
[Home] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18] [19] [20] [21] [22] [23] [24][25] [26] [Daftar Singkatan]